
Fakta dan Kronologi Kematian Zara Qairina Mahathir
Kasus kematian Zara Qairina Mahathir, seorang remaja berusia 13 tahun yang meninggal setelah jatuh dari asrama sekolah di Sabah, Malaysia, telah menjadi perhatian nasional. Awalnya kejadian ini dilaporkan sebagai kecelakaan, namun kemudian terungkap adanya beberapa kejanggalan yang memicu investigasi mendalam.
Pemeriksaan post-mortem dilakukan setelah jenazah korban digali kembali, sebuah tindakan yang tidak dilakukan saat pemakaman awal. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab kematian Zara Qairina masih belum sepenuhnya jelas, sehingga memicu seruan keadilan dari masyarakat dan kalangan media.
Polisi Malaysia sedang menyelidiki kemungkinan adanya unsur kriminal dalam kasus ini, termasuk dugaan perundungan. Tim khusus dari Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman dikirim ke Sabah untuk mengumpulkan bukti dan informasi lebih lanjut.
Penahanan Seorang Perempuan Terkait Kasus Kematian Zara Qairina
Dalam perkembangan terbaru, polisi Malaysia telah menahan seorang perempuan berusia 39 tahun di Rawang karena diduga menyebarkan berita palsu tentang kematian Zara Qairina. Tersangka disebut membuat pernyataan yang tidak benar, seperti mengklaim bahwa korban dimasukkan ke dalam mesin cuci.
Direktur CID Bukit Aman, Datuk M. Kumar, menjelaskan bahwa penahanan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengungkap fakta sebenarnya dan memberikan keadilan bagi keluarga korban. Pihak berwajib juga sedang memeriksa apakah ada pihak lain yang terlibat dalam penyebaran informasi yang tidak akurat.
Alasan Hakim Julia Sebutinde Mendukung Israel
Julia Sebutinde, hakim Mahkamah Internasional (ICJ) asal Uganda, akhirnya mengungkap alasan mengapa ia selalu mendukung Israel dalam pengambilan keputusan ICJ. Dalam pidato yang disampaikan di Gereja Watoto di Uganda, Sebutinde mengatakan bahwa ia merasa dipanggil oleh Tuhan untuk mendukung Israel, meskipun hal ini mendapat penolakan dari banyak pihak, termasuk negaranya sendiri.
Ia menyatakan bahwa keyakinannya berasal dari iman dan tujuan yang diberikan Tuhan. Meski demikian, pernyataan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik internasional.
Pertemuan Trump dan Putin di Alaska Tanpa Kesepakatan
Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada 16 Agustus 2025 gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Meskipun kedua pemimpin tersebut menggambarkan perundingan sebagai sesuatu yang produktif, isu utama seperti hukum internasional dan hubungan diplomatik tetap menjadi tantangan besar.
Perang di Ukraina tetap menjadi fokus utama dalam diskusi, dengan harapan bahwa diplomasi akan segera menemukan solusi yang dapat menstabilkan situasi di kawasan tersebut.