
Persiapan Operasi Militer di Gaza
Israel sedang mempersiapkan operasi militer besar-besaran di wilayah Gaza, dengan rencana untuk mengerahkan 60.000 tentara cadangan. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi yang bertujuan untuk menguasai kota tersebut dan memperluas pengaruh Israel di wilayah yang sebelumnya menjadi basis utama kelompok Hamas.
Operasi militer ini juga diperkirakan akan melibatkan perpanjangan layanan tambahan bagi 20.000 prajurit cadangan yang saat ini aktif dalam pasukan pertahanan negara. Dengan peningkatan jumlah pasukan, pihak militer Israel menegaskan bahwa mereka akan fokus pada area-area yang sebelumnya belum sepenuhnya dikuasai, terutama di mana Hamas masih aktif.
Kekhawatiran atas Krisis Kemanusiaan
Keluarga-keluarga warga Palestina dan organisasi hak asasi manusia telah menyampaikan kekhawatiran terhadap potensi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza. Wilayah ini sudah sangat rusak akibat konflik yang berlangsung selama lebih dari dua tahun. Banyak penduduk terpaksa mengungsi dan lingkungan tempat tinggal mereka hancur. Di sisi lain, ancaman kelaparan dan kurangnya akses ke air bersih juga menjadi masalah serius.
Seorang pejabat militer Israel, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa pasukan akan ditempatkan di beberapa bagian Kota Gaza yang sebelumnya tidak pernah dioperasikan oleh IDF. Pejabat tersebut juga menambahkan bahwa pasukan Israel telah mulai beroperasi di lingkungan Zeitoun dan Jabaliya untuk mempersiapkan dasar operasi yang lebih luas.
Tujuan Operasi Militer
Tujuan utama dari operasi militer ini adalah untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas serta memastikan bahwa kelompok tersebut tidak lagi bisa melakukan serangan terhadap Israel. Meskipun sebagian besar pemimpin senior Hamas telah dibunuh atau ditangkap, ada indikasi bahwa sebagian dari mereka masih aktif dan terus melakukan serangan, termasuk meluncurkan roket ke wilayah Israel.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa tujuan utama dari perang adalah untuk membebaskan sandera yang tersisa dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi bisa mengancam Israel. Namun, sampai saat ini, belum ada kepastian kapan operasi militer akan dimulai. Beberapa sumber mengatakan bahwa operasi bisa selesai dalam beberapa hari.
Penolakan dan Kekecewaan dari Pasukan Cadangan
Pemanggilan tentara cadangan ini juga mendapat kritik dari para prajurit yang merasa kelelahan dan menuduh pemerintah mengabadikan perang karena alasan politik. Banyak keluarga sandera dan mantan kepala militer juga menyatakan ketidaksetujuan terhadap rencana operasi yang diperluas.
Mantan kepala intelijen Shin Bet, Yoram Cohen, mengkritik rencana pemerintah dengan menyebutnya sebagai “fantasi” dan menilai bahwa tujuan menghancurkan Hamas sepenuhnya tidak realistis.
Rencana Gencatan Senjata
Di tengah persiapan operasi militer, pemerintah Israel sedang mempertimbangkan proposal baru untuk gencatan senjata. Sejumlah mediator Arab telah mengajukan usulan gencatan senjata 60 hari yang akan melibatkan pembebasan sejumlah sandera dan tahanan Palestina. Namun, pemerintah Israel masih mempertimbangkan apakah usulan ini layak diterima.
Selain itu, banyak sekutu dekat Israel mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali tindakan militer. Namun, Netanyahu menghadapi tekanan dari anggota sayap kanan koalisi untuk menolak gencatan senjata dan terus melanjutkan perang.
Situasi di Lapangan
Militer Israel terus meningkatkan aktivitasnya di Gaza, dengan serangan-serangan terhadap daerah-daerah tertentu. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan terbaru menewaskan sedikitnya 19 orang. Warga Gaza juga mengeluh tentang kondisi hidup yang semakin sulit dan kepercayaan terhadap dunia luar yang semakin berkurang.
Beberapa bangunan seperti rumah, sekolah, dan masjid telah hancur akibat konflik. Banyak warga Gaza dipaksa pindah ke daerah padat penduduk di sepanjang pantai Mediterania, termasuk Kota Gaza.
Pejabat Israel mengatakan bahwa perintah evakuasi akan dikeluarkan sebelum pasukan bergerak masuk. Namun, banyak warga tetap khawatir akan keselamatan diri mereka sendiri dan keluarga.
Perkembangan Terkini
Hamas, yang selama hampir dua dekade memerintah Gaza, kini telah dilemahkan secara signifikan. Militer Israel menyatakan bahwa mereka kini menguasai sekitar 75 persen wilayah Gaza. Namun, Hamas masih mencoba untuk berkumpul kembali dan melakukan reformasi, meski belum ada bukti yang jelas untuk mendukung klaim tersebut.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa publik Israel memiliki dukungan kuat untuk mengakhiri perang jika itu dapat memastikan pembebasan sandera. Unjuk rasa di Tel Aviv juga menunjukkan bahwa masyarakat ingin pemerintah segera mencari solusi damai.