
Sejarah Perang Dunia II dan Kebangkitan Nuklir
Tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 menjadi momen paling bersejarah dalam sejarah dunia. Pada hari itu, dua kota penting di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, menjadi sasaran dari bom atom yang menewaskan ratusan ribu orang. Akibatnya, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, sehingga memicu berakhirnya Perang Dunia II.
Peristiwa ini tidak terlepas dari perjalanan panjang konflik antara negara-negara besar. Setelah Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918, beberapa negara pemenang membuat Traktat Angkatan Laut Washington pada 6 Februari 1922. Perjanjian ini bertujuan untuk mengurangi pembangunan armada laut guna mencegah potensi perselisihan yang bisa memicu konflik baru. Jepang juga turut serta dalam perjanjian tersebut. Namun, mereka merasa bahwa perjanjian ini justru mengkerdilkan kekuatan militer negara mereka karena rasio pembangunan armadanya lebih kecil dibanding negara Barat. Hal ini menyebabkan ketegangan hubungan antara Jepang dan Amerika Serikat.
Puncak dari ketegangan ini adalah serangan Jepang terhadap pangkalan angkatan laut Amerika di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Serangan ini memicu pernyataan perang dari Amerika terhadap Jepang. Hubungan antara kedua negara semakin memburuk hingga akhirnya memicu Perang Dunia II.
Di tengah situasi ini, ilmuwan di Amerika Serikat mulai mengembangkan senjata nuklir. Pada tahun 1939, kontak antar ilmuwan terjadi, dan pada 1942, proyek bernama Manhattan dimulai. Proyek ini dipimpin oleh Vannevar Bush dan Mayjen Leslie Groves, dengan Ernest O. Lawrence sebagai kepala proyek dan Enrico Fermi sebagai penasihat ahli. Semangat pengembangan senjata ini meningkat setelah serangan Pearl Harbour.
Proyek ini melibatkan banyak laboratorium. Salah satunya adalah pusat pengembangan bom di gurun New Mexico, tepatnya di Los Alamos. Di sana, para ilmuwan melakukan riset dan pengembangan senjata nuklir. Hasilnya adalah bom yang diberi nama Gadget. Uji coba dilakukan di Alamogordo, New Mexico, pada 16 Juli 1945. Bom ini meledak dengan kekuatan dahsyat, membentuk kawah sedalam 8 meter dan diameter 800 meter.
Setelah uji coba berhasil, Amerika mempersiapkan pengeboman Jepang. Kapal USS Indianapolis membawa komponen bom dan bahan baku uranium ke Tinian. Di sana, bom Little Boy dan Fat Man dirakit. Pada 6 Agustus 1945, pesawat B-29 membawa Little Boy menuju Hiroshima dan dijatuhkan pada pukul 8:15. Ledakan terjadi di ketinggian 580 meter, menciptakan suhu permukaan tanah mencapai 7000 derajat Celsius. Sekitar 70.000 orang tewas dalam hitungan detik.
Empat hari kemudian, pada 9 Agustus, pesawat B-29 membawa Fat Man menuju Kota Kokura. Namun, cuaca buruk menghambat rencana. Pilot akhirnya memilih Nagasaki sebagai target. Meskipun cuaca buruk, bom tetap dijatuhkan pada pukul 11:02. Ledakan mengakibatkan kematian sekitar 40.000 orang. Dengan radiasi yang terus menyebar, jumlah korban akhirnya mencapai sekitar 210.000 jiwa.
Setelah peristiwa ini, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Perang Dunia II berakhir, dan Indonesia pun merdeka. Peristiwa ini menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dunia yang mengubah wajah perang dan teknologi militer.