
Kehilangan yang Menggemparkan: Jumlah Jurnalis yang Gugur di Jalur Gaza
Perang di Jalur Gaza, yang meletus pada Oktober 2023, telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang luar biasa. Namun, salah satu aspek yang paling mengejutkan dan mengguncang dunia adalah jumlah jurnalis yang gugur akibat serangan Israel. Otoritas Palestina melaporkan bahwa sebanyak 240 wartawan tewas selama konflik ini, menjadikannya konflik paling mematikan bagi kalangan pers dalam sejarah modern.
Angka ini jauh lebih besar dibandingkan korban pers di berbagai perang besar sebelumnya seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Vietnam, atau Perang Afghanistan. Kejadian ini menunjukkan betapa berbahayanya situasi di wilayah tersebut bagi para jurnalis yang bertugas meliput peristiwa-peristiwa penting.
Korban Terbaru dan Tindakan Militer Israel
Korban terbaru adalah Khaled Mohammed Al-Madhoun, juru kamera dari Palestine TV, yang tewas dalam serangan Israel pada 23 Agustus. Beberapa hari sebelumnya, dunia diguncang oleh kabar kematian Anas Al-Sharif, reporter Al Jazeera, bersama empat rekan kerjanya. Mereka tewas setelah tenda jurnalis di dekat sebuah rumah sakit di Kota Gaza dibombardir.
Militer Israel (IDF) mengakui serangan tersebut, tetapi memberikan alasan bahwa Al-Sharif memiliki hubungan dengan Hamas. Klaim ini ditolak oleh komunitas pers internasional. Bahkan, Al Jazeera kemudian memperbarui laporan mereka dan menyebut total lima stafnya tewas dalam serangan itu.
Wakil ketua Serikat Jurnalis Palestina, Tahsin al-Astal, menyatakan bahwa jumlah korban di kalangan pers kini mencapai enam orang hanya dari satu insiden tersebut. Jika dihitung keseluruhan sejak perang dimulai, totalnya sudah melebihi 240 jurnalis.
Kecaman Global terhadap Tindakan Israel
Kematian para jurnalis ini memicu kecaman global. Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) menilai Israel sengaja membungkam kebenaran dengan memburu para wartawan. Ketua Komite Pelaksana ARI-BP, Zaitun Rasmin, menyebut tindakan Israel “sangat keji” dan merupakan upaya sistematis untuk menghapus suara lain selain narasi mereka sendiri.
Perang Gaza meletus pada 7 Oktober 2023 setelah serangan roket besar Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera lebih dari 200. Balasan IDF berupa Operasi Pedang Besi justru berubah menjadi blokade total, menghancurkan infrastruktur sipil, dan menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina hingga Agustus 2025.
Konflik yang Menyebar ke Berbagai Wilayah
Konflik tidak hanya terbatas di Gaza. Pertempuran merembet ke Lebanon, Yaman, bahkan memicu ketegangan terbuka dengan Iran. Di balik perang, tragedi bagi kalangan jurnalis menorehkan catatan paling kelam. Gaza kini menjadi kuburan pers dunia.
Para jurnalis yang gugur bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga suara mereka yang ingin menyampaikan kebenaran kepada dunia. Dengan jumlah korban yang sangat tinggi, dunia harus lebih sadar akan bahaya yang dihadapi para jurnalis di daerah konflik. Mereka adalah pengungkap fakta, dan pembunuhan mereka adalah ancaman terhadap kebebasan pers dan kebenaran.