
Sejarah Pertempuran Palembang 1942
Pertempuran Palembang pada tahun 1942 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Perang Dunia II di Asia Tenggara. Saat itu, Jepang berhasil menguasai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, khususnya kilang minyak yang sangat strategis. Wilayah ini menjadi target utama bagi Kekaisaran Jepang karena kekayaan minyak yang ada di sana.
Jepang memulai penyerangan mereka dengan mendarat di Tarakan pada 11 Januari 1942, yang menjadi pendaratan pertama mereka di Indonesia. Setelah itu, mereka bergerak cepat untuk menguasai wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi ekonomi dan strategis. Salah satu wilayah yang menjadi incaran adalah Palembang, yang dikenal sebagai basis minyak Belanda. Selain Tarakan dan Balikpapan, Palembang juga menjadi pusat pengolahan minyak yang penting bagi Belanda.
Mengapa Palembang? Menurut laporan Majalah Angkasa, Palembang menjadi basis minyak utama yang tidak hanya digunakan untuk mendukung pemerintahan Hindia Belanda, tetapi juga diekspor ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Dengan embargo minyak yang diberlakukan oleh Amerika, Inggris, dan Belanda terhadap Jepang, maka Jepang tidak punya pilihan selain merebut kilang minyak musuh.
Pada 12 Februari 1943, Jepang melakukan serangan besar-besaran ke Palembang. Setelah empat hari pertempuran, mereka akhirnya berhasil menguasai kota tersebut serta daerah sekitarnya seperti Plaju dan Sei Gerong. Keberhasilan ini membuka jalan bagi Jepang untuk menguasai bagian timur dan barat Sumatera.
Jejak Penguasaan Jepang di Palembang
Sisa-sisa penguasaan Jepang masih bisa ditemukan hingga saat ini. Banyak rumah warga yang dulunya digunakan sebagai barak tentara Jepang. Dinding-dinding bangunan yang tebal menunjukkan bahwa bangunan tersebut dibangun oleh Belanda. Di sekitar area tersebut juga ditemukan bunker-bunker pendek yang dibuat oleh Jepang untuk menempatkan senjata artileri penangkis serangan udara.
Dengan slogan “Asia untuk Asia”, Jepang mencoba membangun hubungan baik dengan rakyat setempat. Namun, upaya ini tidak sepenuhnya berhasil karena banyak warga yang merasa tertipu oleh janji-janji Jepang.
Selain itu, beberapa lapangan terbang yang dibangun oleh Belanda juga mengalami kerusakan parah. Misalnya, Lapangan Terbang Talang Betutu (sekarang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II) dan Lapangan Terbang Benteng di Plaju (P2). Kedua tempat ini menjadi saksi bisu dari pertempuran yang terjadi.
Kronologi Pertempuran Palembang 1942
Pertempuran Palembang berlangsung antara 13 hingga 15 Februari 1942. Jepang bertujuan merebut kilang minyak Royal Dutch Shell di Plaju, Palembang, setelah Sekutu memberlakukan embargo minyak terhadap Jepang. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan Jepang atas Sekutu.
Sebelum pertempuran dimulai, Jepang telah mendaratkan 5.000 tentara di tepi Sungai Musi. Palembang ketika itu dijaga oleh 2.000 tentara Belanda (KNIL) dan Sekutu di bawah pimpinan Letnan Kolonel L.N.W Vogelesang.
Pada 13 Februari 1942, pesawat Sekutu mulai melakukan serangan ke kapal Jepang. Di saat yang sama, Jepang menurunkan pasukan terjun payung dengan perlindungan penuh dari pesawat pengebom. Dalam waktu singkat, Jepang berhasil menerjunkan hampir 300 pasukan terjun payung di sekitar lapangan udara dan kilang minyak yang diduduki Sekutu.
Kilang minyak Plaju direbut tanpa ada kerusakan. Namun, serangan dari Sekutu yang berusaha merebut kembali kilang minyak tersebut menyebabkan kebakaran serius. Pada hari berikutnya, Jepang semakin kuat setelah pasukannya dari Vietnam dikerahkan ke Palembang.
Pada 15 Februari 1942, angkatan laut Sekutu mencoba menghadang Jepang, tetapi gagal. Jepang justru dapat menyerang kapal milik Sekutu hingga memaksa mereka mundur ke wilayah selatan Sumatera. Pada sore hari tanggal yang sama, semua pesawat Sekutu diperintahkan ke Jawa, di mana serangan besar Jepang dinantikan.
Pertempuran Palembang 1942 akhirnya dimenangkan oleh Jepang. Kemenangan ini mempermudah langkah Jepang untuk menguasai Jawa dan wilayah-wilayah lain di Indonesia.