
Aksi Joget Anggota DPR yang Memicu Kontroversi
Aksi joget yang dilakukan oleh sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat penutupan Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD pada Jumat, 15 Agustus 2025, menjadi sorotan tajam dari masyarakat. Rekaman video yang beredar luas di media sosial menunjukkan ratusan legislator yang asyik berjoget mengikuti alunan lagu daerah Sajojo dan Gemu Fa Mire. Namun, aksi tersebut justru memicu kritik keras karena dianggap tidak etis, terutama di tengah situasi ekonomi rakyat yang masih dalam kesulitan.
Masyarakat menilai tindakan tersebut mencerminkan ketidakpekaan wakil rakyat terhadap penderitaan konstituennya. Terlebih, isu kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR sedang ramai dibahas. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa seorang anggota DPR kini bisa menerima pendapatan bersih hingga Rp100 juta per bulan, termasuk tambahan tunjangan rumah sebesar Rp50 juta yang diklaim sebagai kompensasi atas dihapusnya fasilitas rumah dinas. Selain itu, ada juga kenaikan tunjangan beras dan bensin.
Ketimpangan ini semakin terasa ketika masyarakat membandingkan dengan gaji profesi lain, seperti guru honorer, yang masih jauh dari kata layak. Inilah lima nama legislator yang viral akibat aksi joget dan pernyataan kontroversial mereka:
1. Uya Kuya
Sebagai artis sekaligus anggota DPR, Uya Kuya tampak sangat menikmati aksi joget di tengah sidang. Setelah dikritik, ia justru merespons dengan santai. “Gila, emang kita artis. Kita DPR, tapi kita artis. Semua juga ngonten, artis ngonten, netizen ngonten,” ucapnya. Pernyataan ini memicu amarah netizen yang menilai DPR seharusnya berisi sosok yang memahami penderitaan rakyat, bukan sekadar selebritas.
2. Eko Patrio
Rekan Uya dari kalangan artis ini juga menuai cibiran. Bukannya refleksi, ia justru membuat video joget baru dengan musik viral dan caption yang dianggap menantang rakyat. “Biar jogetnya lebih keren pakai sound ini aja,” tulis Eko. Unggahan itu langsung dianggap publik sebagai bentuk arogansi. Komentar pedas pun membanjiri akun pribadinya.
3. Pasha Ungu (Sigit Purnomo Said)
Berbeda dari dua rekannya, Pasha memilih duduk diam tanpa ikut berjoget. Sikap ini justru menuai pujian publik. “Salut sama Pasha. Lebih berkelas dan menunjukkan empati,” tulis salah satu netizen.
4. Nafa Urbach
Nafa menuai kritik setelah berkomentar soal tunjangan perumahan. Ia menyebut kenaikan tunjangan wajar karena anggota DPR harus tinggal dekat Senayan untuk memudahkan mobilitas, bahkan mengeluh soal macetnya Bintaro. Publik menilai argumen itu tidak sensitif, sebab kemacetan juga dialami semua orang, bukan hanya anggota DPR.
5. Verrel Bramasta
Pernah diapresiasi karena berjanji menyumbangkan gajinya di tahun pertama untuk daerah pemilihan, kini pernyataan Verrel kembali dipersoalkan. Publik menilai ia menutup mata pada fakta bahwa tunjangan DPR jauh lebih besar dibanding gaji pokok. “Harusnya bilang nggak ambil gaji pokok, bukan nggak ambil gaji. Tunjangan kan tetap masuk,” tulis netizen.
Gelombang komentar warganet umumnya menohok dan menilai DPR kehilangan empati terhadap rakyat kecil. Aksi joget dianggap sebagai simbol ketidakpedulian wakil rakyat terhadap penderitaan konstituennya. Aksi joget anggota DPR di sidang tahunan MPR kini bukan sekadar hiburan, melainkan polemik besar yang memperburuk citra legislatif. Publik menilai seharusnya para wakil rakyat menunjukkan sikap yang lebih bijak, apalagi di tengah isu kenaikan gaji dan tunjangan yang sudah membuat masyarakat kecewa.