
Pentingnya GRC dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan (GRC) dianggap sebagai faktor penting dalam mencapai target pertumbuhan organisasi. Namun, seringkali muncul persepsi bahwa penerapan GRC justru menghambat pencapaian tujuan. Menurut Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena, sebenarnya penerapan GRC yang baik justru akan memastikan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara aman dan berkelanjutan.
Sophia menjelaskan bahwa banyak orang masih menganggap bahwa tata kelola menyebabkan proses menjadi lebih lambat. Namun, ia menegaskan bahwa jika GRC diterapkan dengan baik, maka ekosistem yang terbentuk akan mendukung pertumbuhan dan stabilitas. Hal ini sangat penting untuk membangun sistem keuangan yang kuat dan transparan.
Di tengah tantangan yang dihadapi, Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya dalam hal penerapan GRC. Data BPS menunjukkan bahwa skor Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia pada tahun 2023 adalah 6,33. Selain itu, survei Penilaian Integritas Indonesia menunjukkan bahwa negara ini masih berada dalam kategori rentan dengan skor 71,53. Ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat penerapan GRC, OJK melaksanakan Risk and Governance Summit (RGS) 2025. Acara ini akan diadakan di Balai Kartini, Jakarta, pada 19 Agustus 2025. Tema utama acara tahun ini adalah “Empowering the GRC Ecosystem to Drive Economic Growth and National Resilience”.
Dalam RGS 2025, terdapat tiga sesi utama yang akan membahas berbagai aspek terkait GRC. Sesi pertama dengan sub tema “Strengthening Governance to Boost Sustainable Growth and Financial Markets Deepening” akan diisi oleh beberapa narasumber ternama. Di antaranya adalah Edimon Ginting dari ADB yang akan membahas tentang perubahan iklim; Jowil Plecerda dari ASEAN Secretariat yang akan membahas visi digital; Lee Jun Ho dari OJK Korea; serta Aviliani dari Kadin.
Sesi kedua dengan sub tema “The Strategic Role of GRC in Strengthening Financial System Stability” akan menghadirkan Beili Wong dari The Institute of Internal Auditors (IIA); Nai Seng Wong dari Deloitte Southeast Asia; dan Jean Bouquot dari IFAC. Sesi ketiga, yaitu GRC Insight dengan sub tema “Modern Governance Integrity and Digital Transformation in the Era of Adaptive Governance”, akan diisi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak yang akan dimoderatori oleh Andy Noya.
Selain itu, RGS 2025 juga akan menyelenggarakan kompetisi makalah untuk civitas akademisi dengan tema “Tata Kelola untuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Kompetisi ini diikuti oleh 585 peserta dari 99 perguruan tinggi negeri dan 143 perguruan tinggi swasta.
Sophia berharap dengan adanya RGS 2025 ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya GRC dapat meningkat. Ia berharap acara ini menjadi forum yang tepat untuk berbagi pandangan, tips, dan trik. Para pengambil keputusan akan memiliki acuan dan standar yang baik, serta tahu kepada siapa harus berkonsultasi ketika menghadapi tantangan.
Acara ini telah mendapatkan respons yang positif. Hingga saat ini, sudah ada 8.500 peserta yang konfirmasi hadir secara online dan 300 peserta yang hadir secara langsung di Balai Kartini. Dengan jumlah peserta yang cukup besar, RGS 2025 diharapkan mampu memberikan dampak signifikan dalam memperkuat penerapan GRC di Indonesia.