
Serangan Udara Rusia Mengguncang Kota-Kota Besar Ukraina
Pada hari Senin (18/8), serangan udara Rusia kembali mengguncang beberapa kota besar di Ukraina. Kejadian ini terjadi hanya beberapa jam sebelum Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, rencananya akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Washington. Serangan yang terjadi di Kharkiv dan Zaporizhzhia menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk tiga anak-anak, serta melukai 23 orang lainnya.
Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina yang berada di timur laut dan hanya berjarak sekitar 30 km dari perbatasan Rusia, kembali menjadi target serangan. Wilayah ini telah mengalami kerusakan berat sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 lalu. Di sisi lain, serangan di Zaporizhzhia menewaskan tiga orang dan melukai sekitar 20 orang lainnya. Otoritas setempat menyatakan bahwa pasukan pertahanan berhasil menembak jatuh 88 drone dan rudal yang ditembakkan oleh Rusia dalam malam sebelumnya.
Laporan terbaru dari UN Human Rights Monitor menunjukkan bahwa Juli 2025 menjadi bulan dengan jumlah korban sipil tertinggi sejak Mei 2022. Dalam periode tersebut, tercatat 286 orang meninggal dan 1.388 lainnya cedera akibat serangan yang terus berlangsung. Kesaksian warga menggambarkan betapa buruknya dampak dari serangan-serangan ini. Olena Yakusheva, seorang warga, mengatakan kepada Reuters: “Blok apartemen biasa… keluarga dengan anak kecil, taman bermain anak-anak, dan kompleks perumahan.”
Meskipun Rusia belum memberikan komentar resmi, mereka terus menegaskan bahwa tidak menargetkan warga sipil. Namun, Zelensky mengecam aksi Rusia sebagai upaya “demonstratif dan sinis” untuk menekan Ukraina menjelang pertemuan dengan Trump. Ia mengklaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sengaja melancarkan serangan besar guna mempermalukan upaya diplomasi dan memberikan tekanan terhadap Ukraina maupun Eropa.
“Putin akan melakukan pembunuhan demonstratif untuk mempertahankan tekanan terhadap Ukraina dan Eropa, sekaligus untuk mempermalukan upaya diplomatik,” tulis Zelensky di akun X @ZelenskyyUa.
Sebelumnya, Ukraina juga melancarkan serangan drone terhadap Rusia pada Senin (11/8) menjelang pertemuan Trump dengan Putin di Alaska. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh 59 drone milik Ukraina. Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, melaporkan sedikitnya sembilan pesawat ditembak jatuh dalam perjalanan menuju ibu kota.
Komentar dari akun X @GabeZZOZZ menanggapi postingan Zelensky dengan mengatakan: “Kau pikir perang berakhir hanya karena kau di Washington? Kau meluncurkan drone ke Rusia sehari sebelum Putin bertemu Trump di Alaska. Jika kau ingin perang ini berakhir, kau harus menerima tuntutan Putin. Tidak ada cara lain.”
Zelensky telah tiba di Washington pada Minggu (17/8) waktu setempat dengan membawa tuntutan jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Ia menolak usulan yang dibawa Putin saat pertemuan dengan Trump di Alaska pekan lalu, salah satunya penyerahan wilayah Donbas. “Saya sudah tiba di Washington, besok saya akan bertemu dengan Presiden Trump,” tulis akun Zelensky di akun X.
Trump, di sisi lain, mendorong Ukraina agar menerima kesepakatan dengan alasan “Rusia adalah kekuatan besar yang tak mungkin dikalahkan.” Namun, sejumlah warga Ukraina menolak kesepakatan ini dengan curiga. Dmytro Furlet, seorang insinyur berusia 44 tahun, berkata: “Kalau Donbas dilepas, besok mereka akan minta Zaporizhzhia dan Kherson.”
Zelensky kini menghadapi pilihan sulit antara mempertahankan sikap tegas dengan menolak penyerahan wilayah atau mengikuti permintaan Trump dengan risiko kehilangan sebagian wilayah Ukraina sebagai imbalan jaminan keamanan. Serangan yang terjadi beberapa jam sebelum pertemuan menegaskan betapa tingginya resiko tersebut.