
Hubungan Kekuatan yang Berubah: Serbia dan Israel dalam Perang di Gaza
Pada awal tahun 2025, sebuah perjanjian senilai 1,64 miliar dolar AS antara Elbit Systems, salah satu perusahaan pertahanan terbesar Israel, dan negara Eropa tertentu mencuri perhatian dunia. Negara tersebut ternyata adalah Serbia, yang kini menjadi salah satu pemasok utama senjata bagi Israel dalam operasi militer di Gaza. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua negara tidak hanya kuat secara politik, tetapi juga sangat strategis dalam konteks konflik regional.
Perjanjian ini mencakup berbagai produk pertahanan canggih seperti drone Hermes 900, rudal presisi jarak jauh, sistem peperangan elektronik, dan platform komando dan kontrol. Selain itu, juga termasuk roket artileri presisi jarak jauh serta teknologi ISTAR (Intelijen, Pengawasan, Perolehan Target, dan Pengintaian) yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas operasi militer. Meskipun identitas klien tidak diungkapkan, laporan media Israel mengungkapkan bahwa Serbia adalah pihak yang membeli paket besar tersebut.
Presiden dan CEO Elbit Systems, Bezhalel Machlis, menyatakan bahwa kesepakatan ini akan membantu perusahaan mencapai penjualan sebesar 8 miliar dolar AS pada tahun ini. Ini menunjukkan bahwa Serbia bukan hanya mitra penting bagi Elbit, tetapi juga memiliki kepentingan ekonomi yang signifikan dalam kerja sama ini.
Pernyataan Presiden Serbia tentang Ekspor Senjata
Presiden Serbia Aleksandar Vucic sempat mengeklaim bahwa Serbia berhenti mengekspor senjata ke Israel setelah serangan Iran. Namun, ia kemudian mengatakan bahwa negara tersebut kembali mengekspor amunisi setelah serangan Israel terhadap Iran. Ia menjelaskan bahwa Serbia hanya mengekspor amunisi, bukan senjata, dan sekitar 24.000 orang bekerja di sektor ini. Vucic juga menyatakan bahwa Serbia akan terus mendukung Israel dengan pasokan senjata, karena ia menghargai dan menghormati orang-orang Yahudi dan Israel.
Namun, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Serbia masih terlibat dalam penyediaan senjata ke Israel meskipun ada kecaman internasional atas tindakan Israel di Gaza. Dalam enam bulan pertama tahun ini, pemerintah Serbia telah mengekspor amunisi senilai 55,5 juta euro ke Israel. Jumlah ini lebih besar dari nilai ekspor militer ke Israel sepanjang tahun lalu, yang mencapai rekor 47,9 juta euro.
Sejarah Hubungan Serbia-Israel
Hubungan antara Serbia dan Israel tidak terjadi secara tiba-tiba. Mereka memiliki sejarah panjang yang dimulai dari masa Perang Dunia I hingga saat ini. Salah satu tokoh penting dalam sejarah Zionisme adalah Theodor Herzl, yang berasal dari Zemun, bagian dari Beograd saat ini. Keluarga Herzl memiliki akar sejarah dengan komunitas Yahudi di kota tersebut.
Selama Perang Dunia II, orang-orang Yahudi Yugoslavia dihancurkan oleh kekuatan Poros dan rezim kolaborator. Serbia menjadi salah satu negara pertama yang dinyatakan sebagai “Judenrein” (bebas dari orang Yahudi). Namun, hubungan diplomatik antara Beograd dan Tel Aviv baru pulih pada 1992, ketika perang menghancurkan federasi Yugoslavia dan karakter multietnisnya. Saat itulah, Serbia dan Israel menemukan landasan baru untuk mengembangkan hubungan mereka: perdagangan senjata.
Senjata-senjata yang diperoleh Serbia dari Israel, ikut digunakan pasukan Republik Srpska, etnis Serbia yang memerangi komunitas Muslim Bosnia. Penindasan ini salah satu puncaknya adalah kejadian di Srebrenica pada 1995, di mana pasukan Serbia membantai sekitar 8.000 Muslim.
Penyangkalan Israel terhadap Genosida Srebrenica
Israel sendiri negara di dunia yang tak sepakat dengan pengakuan genosida di Srebrenica. Duta Besar Israel untuk Serbia, Yahel Vilan, dalam wawancara eksklusif dengan media milik pemerintah Rusia, Sputnik, April 2024 lalu, menyatakan bahwa kejadian di Srebrenica bukanlah genosida. Penyangkalan ini terjadi hanya beberapa minggu sebelum Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) mengadopsi resolusi yang menetapkan 11 Juli sebagai “Hari Refleksi dan Peringatan Internasional Genosida 1995 di Srebrenica.”
Pengadilan Israel juga menolak petisi untuk mengungkap rincian tentang ekspor senjata ke Bosnia. Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa mengungkap keterlibatan Israel dalam genosida akan merusak hubungan luar negeri negara tersebut sedemikian rupa sehingga melebihi kepentingan publik untuk mengetahui informasi tersebut.
Hubungan Politik dan Strategis
Giorgio Fruscione, peneliti dari Italian Institute for International Political Studies (ISPI), menjelaskan bahwa hubungan antara Serbia dan Israel tidak hanya berdasarkan kepentingan ekonomi, tetapi juga alasan politik. Israel tidak ingin mendukung deklarasi kenegaraan sepihak apa pun, yang dikhawatirkan dapat menciptakan preseden berbahaya yang dapat diikuti oleh rakyat Palestina.
Selain itu, hubungan antara Serbia dan Israel juga didasarkan pada hubungan bersejarah antara Serbia dan Zionisme. Dari sini, kita melihat bahwa hubungan antara dua negara ini tidak hanya sekadar transaksi bisnis, tetapi juga memiliki dasar sejarah dan politik yang kuat.