
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki posisi geografis strategis dan penting karena terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta berada di antara dua samudera, yaitu Hindia dan Pasifik. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai jalur persilangan perdagangan internasional baik melalui udara maupun laut, sehingga memengaruhi perputaran ekonomi global.
Selain itu, Indonesia terdiri dari 17.380 pulau dan memiliki populasi sebesar 286,6 juta penduduk. Negara ini juga memiliki potensi sumber daya alam yang besar, termasuk pertanian, pertambangan, hingga sumber daya lainnya seperti air, hutan, udara, laut, tanah, dan kandungan yang ada di dalamnya. Namun, dengan potensi dan posisi strategis yang dimiliki, Indonesia juga menghadapi ancaman yang semakin meningkat.
Dengan perkembangan dinamika geopolitik global, Indonesia perlu mengantisipasi ancaman nyata seperti konflik horizontal antara masyarakat, atau konflik vertikal antara masyarakat dan pemerintah, serta peluang konflik bersenjata internasional. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan perencanaan CEWERS (Conflict Early Warning and Early Response) agar dapat menghindari konflik yang merugikan Indonesia.
Pembahasan
Teori CEWERS
Model analisis dalam CEWERS dimulai dengan memahami 5W1H, yaitu When (Kapan), Where (Di mana), What (Apa), Who (Siapa), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana). Hal ini dilakukan untuk menganalisis konflik secara mendalam agar dapat memberikan peringatan dini terhadap potensi konflik yang diprediksi akan terjadi. Selain itu, penelitian juga melihat SAT (Struktur, Akselerator, dan Triger) untuk memahami bagaimana konflik bisa terjadi dan bagaimana cara mengantisipasinya.
Selanjutnya, dilihat orientasi para tokoh struktural dan bagaimana cara mengantisipasi ancaman serta memberikan peringatan dini kepada pemerintah sebagai bentuk rencana antisipasi. Dengan demikian, CEWERS menjadi alat penting dalam menghadapi ancaman keamanan dan stabilitas nasional.
Perencanaan CEWERS, Antisipasi Dinamika Geopolitik Global
Tensi konflik bersenjata antar negara di dunia meningkat, sehingga semua negara perlu mengantisipasi ancaman apapun yang datang. Indonesia, dengan posisi strategis, sumber daya alam, dan jumlah penduduk yang besar, harus lebih waspada terhadap setiap konflik yang terjadi.
Diplomasi tingkat tinggi telah dilakukan oleh Presiden Prabowo dan jajarannya melalui kementerian luar negeri untuk menjaga Indonesia tetap damai. Namun, yang harus diantisipasi saat ini adalah dampak ikutan dari diplomasi yang dilakukan dengan negara yang berkonflik atau terlibat dalam konflik bersenjata.
Oleh karena itu, antisipasi dan peringatan dini terhadap dinamika geopolitik global perlu dibangun. Kesadaran ini tidak hanya diberikan kepada pemerintah, tetapi juga kepada masyarakat agar mereka memahami apa yang sedang dihadapi oleh negaranya.
Situasi Terkini
Peningkatan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik menjadi perhatian dunia, terutama bagi Indonesia sebagai negara besar di wilayah ini. Ada beberapa kekuatan pertahanan besar di wilayah ini, seperti China, Amerika Serikat, dan Rusia. Kehadiran basis militer Amerika Serikat di wilayah Pasifik dan Hindia, serta rencana Rusia untuk menempatkan kekuatan pertahanan udara di Pulau Biak, menjadi perhatian khusus.
Selain itu, hubungan diplomatik antara Papua New Guinea (PNG) dan Israel telah dibangun dengan mesra. PNG juga memiliki Pakta Keamanan dengan Amerika Serikat, yang memungkinkan Amerika menghadirkan militer di wilayah Indo-Pasifik. Kerjasama militer antara Amerika Serikat dan Australia juga semakin kuat, dengan adanya pangkalan militer di beberapa lokasi.
Di kawasan Asia, hubungan Amerika Serikat dengan Jepang dan Korea Selatan melalui strategi forward deployment juga memperkuat hubungan keamanan. Sementara itu, China dan Rusia terus memperkuat kekuatan pertahanan mereka di kawasan Asia dan Pasifik untuk mengantisipasi ancaman perang.
Konflik antara Israel dan Palestina juga berdampak pada diplomasi Indonesia dalam fora internasional. Selain itu, bergabungnya Indonesia dengan BRICS menjadi catatan penting untuk pertahanan dan keamanan Indonesia, karena posisi strategis Indonesia yang dikelilingi oleh pangkalan militer Amerika.
Laporan 5WIH
When? Dinamika geopolitik global mengalami eskalasi dalam 10 tahun terakhir, ketika konflik bersenjata menguat di Jalur Gaza dan respon dunia akan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Israel dan didukung Amerika. Konflik selanjutnya pecah ketika Iran melancarkan serangan rudal ke Israel dan Israel membalas.
Where? Konflik terjadi di berbagai negara seperti Amerika, China, Rusia, Ukraina, Israel, India, Pakistan, Thailand, dan Kamboja. Selain itu, konflik dagang juga melibatkan Amerika dan China.
What? Yang harus diantisipasi adalah dampak ikutan dari konflik antar negara, akibat hubungan diplomasi yang dekat dengan negara-negara yang berkonflik. Selain itu, posisi strategis Indonesia dan kepemilikan sumber daya alam juga menjadi perhatian.
Who? Amerika sebagai negara adikuasa disusul oleh China dan Rusia. Selain itu, beberapa negara lain yang terlibat dalam konflik bersenjata internasional juga memiliki potensi besar untuk membuka konflik.
Why? Ancaman ini akan mempengaruhi stabilitas pertahanan dan keamanan Indonesia jika tidak diantisipasi dengan baik. Ancaman ini bisa mengancam kedaulatan dan kehidupan masyarakat Indonesia.
How? Ancaman ini terlihat dengan penempatan pangkalan militer di sekitar kawasan Indonesia, meningkatnya tensi perang antar negara, dan hubungan Indonesia dengan politik bebas aktif yang tidak sepenuhnya non-blok.
Fase Konflik
Ancaman konflik bersenjata internasional belum secara eksplisit terjadi di Indonesia, namun jika dilihat dari dinamika global, Indonesia mulai dilibatkan dalam posisi strategis perang. Seperti halnya Perancis yang melakukan Defile militer bersama TNI menunjukkan bahwa Indonesia membangun sekutu dengan kekuatan pertahanan Perancis.
Perancis sebagai negara dengan kekuatan militer besar tentunya membutuhkan negara besar seperti Indonesia untuk menjaga wilayah pertahanannya di wilayah Pasifik dan Asia. Pangkalan militer Perancis di Kaledonia bisa diekspansi dan dibuka juga di wilayah timur Indonesia.
Jika dilihat situasi keamanan internasional dan dukungan Perancis untuk kemanusiaan di Gaza Palestina, serta peran Amerika yang aktif mendukung Israel dalam intervensi militer di jalur Gaza, maka ini akan membuka peluang perang dunia III. Jika perang itu terjadi, kemungkinan besar akan dilakukan di wilayah Pasifik, dan Indonesia timur akan menjadi daerah merah tersebut.
SAT (Struktur, Akselerator, Triggers)
Struktur? Perbedaan kepentingan antar negara dan politik luar negeri yang dimainkan oleh masing-masing negara juga akan memengaruhi terjadinya konflik. Selain itu, keputusan politik luar negeri yang diambil dapat mempengaruhi hubungan antar negara.
Akselerator? Framing media mainstream dan media sosial yang semakin sering menghadirkan postingan propaganda antar negara menjadi akselerator konflik. Selain itu, penempatan pasukan, armada, dan pangkalan militer juga dapat menjadi akselerator konflik.
Triggers? Kelompok berdasarkan kepentingan telah terbentuk, yaitu blok barat dan blok timur, serta negara non blok. Ini menunjukkan bahwa ada kelompok US VS THEM yang terbentuk, yang menggunakan visi mereka untuk melihat kelompok lain sebagai musuh.
Conflict Early Warning and Early Response
Mengantisipasi setiap potensi ancaman konflik yang dapat terjadi kapan saja di wilayah Pasifik, dengan melihat Geodefense yang berdasar pada wilayah geografi sebagai penentu strategi militer dan keamanan nasional, seperti wilayah perbatasan, ketersediaan sumber daya alam, dan kedekatan dengan potensi ancaman, maka penulis beranggapan bahwa wilayah pertahanan Indonesia perlu terus diperkuat terutama di wilayah timur Indonesia yaitu di Papua.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk penguatan wilayah pertahanan Indonesia di wilayah Papua adalah penguatan basis Angkatan laut seperti yang saat ini dimiliki Indonesia adalah KOARMADA III disorong yang bisa diperkuat dengan Basis Pangkalan Armada Militer Tambahan di Wilayah kepulauan Biak dan Yapen untuk penguatan keamanan Indonesia di wilayah Pasifik.
Indonesia harus memiliki Kapal Induk yang ditempatkan di wilayah Pasifik untuk mencegah konflik terjadi. Juga perlunya modernisasi Armada Udara yang lengkap yang ditempatkan di basis pertahanan seperti wilayah Biak, Jayapura, dan Merauke untuk mengantisipasi konflik di wilayah Pasifik dan perbatasan. Selain itu, pembentukan Batalyon Tempur harus dilakukan di wilayah perbatasan Indonesia dengan PNG.
Jika kekuatan pertahanan tidak diperkuat dan dimodernisasi maka sewaktu-waktu jika konflik terjadi antara Amerika, Rusia, dan China di wilayah Asia Pasifik maka wilayah Indonesia akan menjadi korban, seperti filosofi yang kita kenal “Gajah Berantem Semut Mati Terinjak” atau perseteruan antara negara-negara berpengaruh dapat menyebabkan negara lain menjadi korban.
Selain itu, konflik lain yang berpotensi terjadi juga seperti: Pertama, Keberadaan sumber daya alam di Papua. Kedua, Indonesia dengan jumlah penduduk muslim mayoritas dan berbatasan langsung dengan negara Kristen. Ketiga, Keberadaan kelompok bersenjata yang terus mencari validasi dari kekuatan pertahanan luar negeri.
Penulis berharap strategi geodefense menjadi salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pertahanan di Papua. Dengan memanfaatkan kecerdasan geografis, perencanaan pertahanan dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya, meningkatkan kesadaran situasional, dan mengembangkan strategi respons yang efektif terhadap ancaman keamanan yang muncul.
Kolaborasi pemahaman terhadap ancaman yang muncul perlu untuk terus dilakukan dan pendekatan diplomasi luar negeri yang bebas aktif menjadi langkah efektif yang dilakukan dengan negara-negara yang memiliki kekuatan pertahanan besar. Namun, dalam melakukan diplomasi Indonesia perlu melihat deterent effect yang bisa menjadi peluang Indonesia untuk terlihat lebih kuat dalam pertahanan dan keamanannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai tanggap dini adalah:
1) Perkuat komitmen pertahanan Indonesia dengan membangun mindset pertahanan semesta masyarakat Indonesia.
2) Modernisasi alat pertahanan Indonesia, dengan memperkuat industri pertahanan dan keamanan dalam negeri untuk menunjukan bahwa tidak ada ketergantungan alat pertahanan Indonesia dengan industri luar.
3) Reposisi penempatan dan gelar pertahanan Indonesia yang disesuaikan dengan dinamika geopolitik global.
4) Tidak mengizinkan pembangunan pangkalan militer negara lain di Indonesia, namun perkuat Latihan bersama dan buka kemungkinan pos militer bersama untuk menciptakan melting point antar militer dunia.
5) Tingkatkan anggaran pertahanan untuk mendapatkan pertahanan yang lebih kuat. Agar Indonesia dapat memiliki kapal induk, biaya perawatan kekuatan pertahanan yang cukup, serta memperbanyak Kerjasama pertahanan.
6) Memperbanyak pertunjukan alat pertahanan yang dilakukan di wilayah timur Indonesia dan tengah Indonesia, agar tidak terpusat hanya di wilayah barat saja, dan terlihat pertahanan Indonesia timur lebih lemah dan tidak siap hadapi ancaman dari Pasifik.
7) Perbanyak ahli pertahanan dalam bidang teknologi pertahanan, khususnya dalam teknologi persenjataan nuklir, dan senjata pemusnah masal lainnya. Untuk menciptakan model persenjataan modern untuk Indonesia dalam 5-10 tahun ke depan. Kehadiran ahli nuklir dari Indonesia bisa dijadikan headline, dan ditempatkan di industri nuklir di negara sahabat.
8) Propaganda informasi pertahanan militer Indonesia harus dilakukan secara berkala untuk menciptakan detterent effect. Dengan pertunjukan tersebut, negara lain akan berpikir 10x untuk mau mencari masalah militer dengan Indonesia.
9) Memperkuat peta diplomasi bersama agar sinergi antara diplomasi pertahanan yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan dan diplomasi umum yang dilakukan oleh kementerian lembaga lainnya. Kerjasama yang dibangun antar negara tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi memiliki efek domino untuk pertahanan dan keamanan Indonesia.
10) Memperkuat pangan nasional untuk dijadikan alat diplomasi pertahanan ke wilayah Pasifik, seperti ke negara-negara Melanesia. Untuk menjaga kedaulatan Indonesia.
11) Pengambilan kebijakan pertahanan harus diambil secara tegas.
12) Visi pertahanan Indonesia harus menjadi Center of Defense. Dimana setiap negara dengan pertahanan yang kuat datang dan belajar dari Indonesia.
13) Antisipasi perang kognitif, Pemerintah dan lembaga perlu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa saat ini sedang terjadi perang kognitif, yaitu perang yang dilakukan dengan cara merusak mindset kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga rasa nasionalisme dan jiwa patriotisme masyarakat akan berkurang jika masyarakat tidak memiliki manajemen kritis untuk mengelola dan melakukan perbandingan atas setiap informasi yang didapatkan.