
Situasi Kekerasan di Tepi Barat yang Diduduki Israel
Sejak dimulainya konflik di Gaza pada Oktober 2023, wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel telah mengalami peningkatan signifikan dalam kekerasan militer dan serangan oleh pemukim. Menurut data terbaru dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA), setidaknya 982 warga Palestina di wilayah tersebut telah tewas akibat aksi pasukan dan pemukim Israel.
Dalam laporan terbarunya, OCHA menyebutkan bahwa lebih dari 2.370 serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina telah dilaporkan sejak Januari 2024 hingga Juli 2025. Wilayah Ramallah mencatat jumlah serangan tertinggi, yaitu 585 kali, diikuti oleh Nablus dengan 479 serangan. Selama periode yang sama, setidaknya 671 warga Palestina, termasuk 129 anak-anak, telah dibunuh oleh pasukan Israel dan pemukim.
Serangan di Al-Mughayyir dan Penghancuran Pohon Zaitun
Salah satu peristiwa terbaru adalah serangan militer Israel di desa al-Mughayyir, yang disebut sebagai contoh lain dari penindasan terhadap warga Palestina. Militer Israel menghancurkan sekitar 3.000 pohon zaitun di kawasan dekat Ramallah. Hal ini menunjukkan intensitas kekerasan yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Selain itu, puluhan ribu warga Palestina telah dipaksa meninggalkan rumah mereka karena kekerasan yang terjadi di Tepi Barat. Banyak dari mereka kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan akibat serangan-serangan yang terus-menerus.
Serangan di Nablus dan Respons Masyarakat
Pada Rabu, militer Israel meluncurkan serangan besar-besaran di kota Nablus, yang berada di Tepi Barat utara. Serangan ini melibatkan puluhan tentara dan kendaraan lapis baja, sesuai laporan dari saksi mata dan pejabat Palestina. Operasi ini dimulai sekitar pukul 03.00 waktu setempat, ketika pasukan Israel menyerbu beberapa permukiman di kota tua Nablus, yang memiliki populasi sekitar 30.000 orang.
Gubernur Nablus, Ghassan Daghlas, menyatakan bahwa serangan terhadap kota tersebut tidak memiliki alasan yang sah. Ia menilai operasi tersebut sebagai bentuk unjuk kekuatan tanpa dasar yang jelas. Seorang saksi mata melaporkan bahwa pasukan Israel memaksa pasangan lansia keluar dari rumah mereka, sementara beberapa rumah diubah menjadi pos militer.
Bentrokan dan Kecurigaan Terhadap Tujuan Operasi
Berdasarkan rekaman video yang beredar, pasukan Israel dikerahkan di jalanan kota Nablus. Di pintu masuk timur kota, terjadi bentrokan antara tentara Israel dan warga lokal, termasuk anak-anak muda yang melemparkan batu. Tentara Israel merespons dengan gas air mata dan peluru tajam, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Meski demikian, Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan beberapa korban luka akibat serangan tersebut. Sementara itu, otoritas lokal mengatakan bahwa operasi akan terus berlangsung hingga pukul 16.00.
Riwayat Serangan di Nablus
Nablus bukanlah daerah asing bagi serangan Israel. Kota ini pernah menjadi target serangan besar selama operasi skala besar pada 2022 dan 2023, serta selama Intifada Palestina kedua pada 2002. Pada awal Juni 2025, operasi Israel di Nablus juga menewaskan dua warga Palestina.
Sejak dimulainya perang Gaza pada Oktober 2023, situasi di Tepi Barat semakin memburuk. Kekerasan terus meningkat, baik dari sisi militer maupun pemukim, yang membuat kondisi kemanusiaan semakin memprihatinkan. Warga Palestina di wilayah ini terus menghadapi ancaman kehilangan nyawa, tempat tinggal, dan kehidupan normal.