
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 5,05%. Meskipun demikian, terjadi perlambatan jika dilihat dari perspektif kuartalan. Dibandingkan dengan kuartal I 2025 yang tumbuh sebesar 4,87%, pertumbuhan pada kuartal II hanya mencapai 4,04%.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menjelaskan bahwa pertumbuhan tahunan yang lebih kuat didorong oleh berbagai faktor, termasuk program stimulus pemerintah dan kebijakan moneter yang akomodatif. “Beberapa kebijakan seperti diskon transportasi, penebalan bantuan sosial, serta subsidi upah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan,” ujarnya dalam konferensi pers.
Selain itu, stabilitas moneter juga berkontribusi terhadap kinerja ekonomi. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50%, sehingga mendukung iklim konsumsi dan investasi. “Kebijakan pengendalian inflasi juga berpengaruh. Inflasi pada Juni 2025 tercatat hanya 1,87% secara tahunan,” tambah Edy.
Konsumsi Masyarakat Jadi Penopang Utama
Edy menekankan bahwa kekuatan konsumsi domestik tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan indeks penjualan eceran riil sebesar 1,19% secara tahunan. Selain itu, impor barang konsumsi juga mengalami kenaikan sebesar 7,60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Aktivitas konsumsi masyarakat tercermin dari peningkatan nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit yang tumbuh 6,26% secara tahunan. Transaksi online, e-retail, dan marketplace juga naik 7,55% secara kuartalan. Peningkatan mobilitas masyarakat turut memperkuat konsumsi, terutama saat momentum hari besar dan libur sekolah.
“Ini diindikasikan oleh peningkatan jumlah penumpang angkutan rel dan angkutan laut,” ujar Edy.
Daya Beli Lemah dan Risiko Global Jadi Penghambat
Meski pertumbuhan tahunan lebih tinggi, sejumlah ekonom menyatakan bahwa perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan struktural dan eksternal. Menurut Teuku Riefky dari LPEM FEB UI, tekanan dari penurunan daya beli dan risiko disrupsi perdagangan global semakin memburuk.
Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 hanya akan mencapai 4,8% secara tahunan. Untuk keseluruhan tahun, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 4,75%. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia juga memperkirakan tren perlambatan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan melambat ke kisaran 4,7% hingga 4,8%, dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87%.
Sepanjang 2025, CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,6%-4,8%, jauh dari target pemerintah yang di atas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan, tantangan yang dihadapi masih cukup signifikan.