
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi di Kuartal II-2025
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2025 yang mencapai 5,12 persen secara tahunan menjadi perhatian berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Angka ini tidak hanya melampaui pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,87 persen, tetapi juga lebih tinggi dari ekspektasi sebagian besar ekonom yang memprediksi pertumbuhan di bawah 5 persen.
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, menyebutkan bahwa angka ini menjadi kejutan positif, terutama di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan konsumsi domestik yang belum sepenuhnya pulih. Ia menegaskan bahwa meskipun data ini menggembirakan, pasar saham Indonesia tidak langsung merespons secara euforia.
Dua hari sebelum rilis data, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang bergerak di zona hijau, namun sehari setelah data dirilis, IHSG justru ditutup melemah 0,15 persen ke level 7.503,75. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar masih mencermati dinamika lain yang dinilai lebih dominan, seperti menantikan hasil rebalancing indeks MSCI, perkembangan arus dana asing, serta kondisi eksternal seperti sentimen suku bunga global dan geopolitik.
Selain itu, Hendra menyebutkan bahwa sebagian pelaku pasar masih menyimpan keraguan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang ada. Meski Produk Domestik Bruto (PDB) naik, data mikro seperti penjualan ritel yang stagnan dan lemahnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur. “Perubahan pola konsumsi masyarakat menjadi sinyal bahwa belum semua sektor ekonomi merasakan pemulihan yang merata,” tambah dia.
Meski demikian, Hendra menilai bahwa secara keseluruhan, data pertumbuhan ini tetap menjadi sinyal positif bagi pasar. Keberhasilan menembus angka psikologis 5 persen menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang baik. Menurutnya, hal ini juga dapat menjadi landasan bagi investor untuk mengambil keputusan yang lebih optimistis dalam jangka menengah.
Sentimen positif ini kemungkinan akan bertahan hingga rilis data ekonomi lanjutan seperti neraca perdagangan, inflasi, dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI). Jika data lanjutan mendukung dan konsumsi masyarakat mulai menunjukkan perbaikan, maka momentum positif terhadap pasar keuangan Indonesia bisa berlanjut lebih lama. Namun jika tidak, pelaku pasar akan kembali bersikap selektif dan berhati-hati, sembari mencermati arah kebijakan fiskal dan makroekonomi pemerintah ke depan.